Minggu, 17 April 2016

, , ,

Lead pada Feature

Ilustrasi: (Dok.Net)

Kunci penulisan feature yang baik terletak pada paragraf pertama, yaitu lead. Mencoba menangkap minat pembaca tanpa lead yang baik sama dengan mengail ikan tanpa umpan. Setiap wartawan selalu sadar akan perlunya lead. Keranjang sampah penuh dengan lead tak bermutu, karena wartawan memakai lead yang itu-itu juga dalam usahanya menarik minat pembaca.

Lead untuk feature mempunyai dua tujuan utama.
1. Menarik pembaca untuk mengikuti cerita.
2. Membuka jalan bagi alur cerita.

Untuk memudahkan memilih lead, kita perlu mengetahui berbagai lead, seperti di bawah ini:

Lead Ringkasan (Summary Lead)
Lead ini yang ditulis hanya inti ceritanya, kemudian terserah pembaca apakah masih cukup berminat mengikuti kelanjutannya atau tidak. Lead ini sering dipakai bila reporter mempunyai persoalan yang kuat dan menarik.

Contoh lead ringkasan:
Ini satu lagi kasus peninggalan bekas Gubernur DKI Jakarta Jaya Wiyogo Atmodarminto: Pasar Regional Jatinegara. (TEMPO, 30 Januari 1993, Komisi di Jatinegara).

Dari lead ringkasan di atas, pembaca akan tahu bahwa cerita yang akan disampaikan adalah tentang ketidakberesan di Pasar Regional Jatinegara yang dibangun di zaman Gubernur DKI Jakarta Jaya Wijoyo Atmodarminto.

Lead Bercerita (Narrative Lead)
Lead ini lah yang digemari penulis fiksi (novel atau cerita pendek), menarik pembaca dan membenamkannya. Tekniknya adalah menciptakan suasana dan membiarkan pembaca menjadi tokoh utama, entah dengan cara membuat kekosongan yang kemudian secara mental akan diisi oleh pembaca, atau dengan membiarkan pembaca mengidentifikasikan diri di tengah kejadian. Lead macam ini sangat efektif untuk cerita petualangan. Tapi tak semua cerita bisa cocok jika menggunakan lead ini. Maka itulah mengapa reporter harus pandai menempatkan jenis lead mana yang cocok digunakan untuk sebuah cerita. 

Contoh lead bercerita:
Panasnya terik matahari yang menyengat kulit, bukanlah halangan bagi Adun (35) lelaki paruh baya asal Sukabumi ini untuk tetap meneruskan pekerjaannya sebagai penjual langseng keliling. Demi menyambung hidupnya, ia rela mengelilingi sebagian pulau di Indonesia untuk menjual barang dagangannya itu. Ya, ia tak hanya menjual langsengnya itu di kota kembang, tempat di mana ia tinggal, tapi juga hingga menyebrangi pulau Jawa. 

Lead Kutipan (Quotation Lead)
Kutipan yang dalam dan ringkas bisa membuat lead menarik. Kutipan harus bisa memberikan tinjauan ke dalam watak si pembicara. Kutipan tidak melulu harus dari perkataan si pembicara, tapi reporter juga bisa menggunakan kutipan orang lain, dari tokoh terkenal, misalnya. 

Perlu diingat bahwa lead harus menyiapkan pentas bagi bagian berikutnya dari cerita kita, sehingga kutipannya pun harus memusatka diri pada sifat cerita itu.

Contoh lead kutipan:
Photo’s Speak?! Mamprangs!!! 
Jargon yang tak asing di kalangan pembidik, seakan-akan memekakan telinga. Kampus hijau menyiasati beberapa kalangan mahasiswa khususnya jurusan Jurnalistik, mendirikan sebuah komunitas fotografi. 

Lead Bertanya (Question Lead)
Lead ini efektif bila berhasil menantang pengetahuan atau rasa ingin tahu pembaca. Yang ditimbulkan dari lead ini adalah rasa ingin tahu pembaca; yang belum tahu mestinya terus ingin membacanya, sedangkan yang sudah tahu dibuat ragu apakah pengetahuannya cocok dengan informasi yang diberikan atau tidak. 

Contoh lead bertanya:
Masih ingatkah Anda dengan Dede si “Manusia Akar”?

Sama seperti lead lain, lead bertanya hanya bisa efektif bila informasi yang akan disampaikan memang secara wajar bisa diberi pertanyaan. 

Lead Menuding Langsung (Direct Address Lead)
Bila reporter berkomunikasi langsung dengan pembaca, ini disebut lead menuding langsung. Ciri-ciri lead ini adalah ditemukannya kata “Anda”, yang disisipkan pada paragraf pertama atau di tempat lain. 

Lead ini secara langsung melibatkan pembaca atau langsung menyeret pembaca ke dalam suatu persoalan dan membawanya membaca tulisan secara keseluruhan. 

Contoh lead menuding langsung:
Bila harus memilih antara diet kolesterol dan penyakit jantung, tentu Anda memilih yang pertama. (TEMPO, 5 Februari 1994)

Berbeda dengan sebelumnya, lead ini bisa dikatakan kurang memikat, karena tak semua orang bisa ikut terlibat dalam suatu persoalan tersebut. 

Lead Menggoda (Teaser Lead)
Lead menggoda digunakan untuk “mengelabui” pembaca dengan cara bergurau. Tujuan utamanya menggaet perhatian pembaca dan menuntunnya supaya membaca seluruh ceritanya.

Lead ini biasanya pendek dan ringan. Umumnya dipakai teka-teki, dan biasanya hanya memberikan sedikit, atau sama sekali tidak, tanda-tanda bagaimana cerita selanjutnya. 

Contoh lead menggoda:
Angka yang ditunggu-tunggu itu keluar juga: sekitar 50. (TEMPO, 4 Januari 1992, “Angka Misterius Santa Cruz”) 

Dari kalimat itu, pembaca akan penasaran, keingintahuannya dibangkitkan. Dan untuk memenuhi keingintahuannya itu, mau tak mau pembaca harus melanjutkan membacanya hingga selesai. 

Lead Nyentrik (Freak Lead)
Hijau sayuran
Putihlah susu
Naik harga makanan
Ke langit biru

Reporter yang imajinatif meskipun tidak puitis bisa mencoba lead seperti ini pada saat menulis informasi kenaikan harga. Lead ini memikat dan informatif. Gayanya yang khas dan tak kenal kompromi itu bisa menarik pembaca hingga ceritanya bisa laku. 

Lead Kombinasi (Combination Lead)
Di surat kabar sering ditemukan lead yang merupakan kombinasi dari dua atau tiga lead, dengan mengambil unsur terbaik dari asing-masing lead

Lead Kutipan sering dikombinasi dengan Lead Deskriptif.

“Bukan salahku bahwa aku belum mati sekarang,” kata Fidel Castro dengan senyum lucu. (TEMPO, 7 Mei 1994, “Castro, Revolusioner yang Belum Pensiun”). 

Lead Menggoda bisa dikombinasikan dengan Lead Kutipan, Lead Naratif dengan Lead Deskriptif, dan seterusnya selama lead tersebut bisa menarik minat pembaca.


Sumber referensi:
Mohamad, Goenawan. 2014. Seandainya Saya Wartawan TEMPO. Jakarta, Tempo Publishing. 









Share:

0 comments:

Posting Komentar