Rabu, 16 November 2016

, , , ,

Perbedaan Foto Esai dengan Foto Sekuen

Sekilas, foto sekuen memiliki kesamaan dengan foto esai, terutama karena jumlahnya yang banyak (antara 3-8 foto) dalam sekali publikasi. Namun sebenarnya, secara teori kedua jenis foto ini berbeda meskipun sama-sama jenis foto yang berseri. Berikut perbedaan foto esai dengan foto sekuen.

•Foto Esai:

→ Foto-foto disusun menjadi cerita yang punya narasi atau alur.

→ Ada beberapa elemen foto esai yang harus ada didalamnya; (foto pembuka, foto lingkungan subyeknya, foto potrait subyeknya, detail shoot subyek, subyek yang menggambarkan hubungan timbal balik antar manusia, foto penutup).

→ Tidak harus berdasarkan urutan waktu.

→ Biasanya mengandung nilai human interest.


Contoh Foto Pembuka Produksi Langseng. Ilustrasi: (Dok. Imajinad)

Contoh Foto Potrait Subyek. Ilustrasi: (Dok. Imajinad)


Contoh Foto Lingkungan Subyek. Ilustrasi: (Dok. Imajinad)


•Foto Sequence

→ Setiap foto yang ditampilkan terdapat perkembangan yang memberikan “sentuhan” atau nilai tertentu pada cerita yang hendak disampaikan. Bila salah satu foto dari rangkaian foto tersebut dihilangkan, makna dari rangkaian foto tersebut akan berkurang.

→ Memperlihatkan pergerakan (seperti aspek sinematografis) di dalam peristiwa yang terekam itu dan menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa berikutnya.

→ Harus berdasarkan urutan waktu.

→ Menggunakan mode bidikan continuos shoot.

→ Menceritakan proses.


→ Foto sequence biasanya hanya foto yang terjadi dalam waktu singkat. Misal: Proses runtuhnya bangunan, proses terjadinya kecelakaan, atau bisa juga foto-foto olahraga yang memungkinkan untuk dijadikan foto sequence seperti foto berikut yang dibidik saat pertandingan basket (free throw). 

Contoh Foto Sekuen Pertandingan Basket. Ilustrasi: (Dok. Imajinad)




Semoga bermanfaat. Salam, Imajinad.

Selasa, 08 November 2016

,

Dialog Sore


Ilustrasi: (Dok. Imajinad)

Ketika sore tiba-tiba saja menjuntai kepadaku, dipelamunan itu aku melihat matahari bermata sayu. Anggun. Menjamah langit dengan goresan-goresan cahaya. Angin menderu-deru bertasbih kepada semesta. Pencipta-Nya. Di sela-sela itu datanglah seorang perempuan mempertanyakan iman. Iman. 

Seolah-olah seluruh tulang rusukku patah secara bersamaan. Karena dia bertanya kepada orang yang tolol. Perempuan itu berfilsafat di dalam diamnya. Apakah selalu benar apa yang dia lakukan? Apakah benar dia melangkahkan kaki menuju kemana?

Aku sendiri ingin menangis. Tersedu-sedu. Dia perempuan yang ingin terlepas dari semua kekeroposan pahalanya. Dia perempuan yang membikin aku tersadar tentang kondisi fisik imanku seperti apa. Aku bersandar kepada puisi terus-terusan. Sedangkan perempuan yang menatap sore seperti itu terus-terusan hatinya memikirkan Tuhan. 

Dia selalu bertanya tentang kisah yang membelenggunya. Membelenggu hatinya, pikirnya. Dia ingin bebas dan melepaskan segalanya kepada Tuhan. Kataku "Tuhan tidak pernah salah." 

Di sela-sela keguguran matahari yang berdarah-darah itu aku menyaksikan perempuan yang ingin jatuh kepada pelukan Tuhan, meminta Tuhan untuk terus memegang ubun-ubunnya, agar perempuan itu hatinya tetap tentram.

Nad, tahukah engkau selama ini aku kesepian. Bukan tentang lelaki. Tapi aku terus mempertanyakan tentang nanti pulangku akan seperti apa? Di samping itu aku ketakutan. Karena tubuhku berlumur dosa yang sangat banyak. 



M, Pasca Sarjana, 2016

Kamis, 03 November 2016

,

Hujan dan Resah

Ilustrasi: (Dok. Imajinad)

Hujan. Kata temanku, di bulan yang berakhiran ber ber ber ini memang lagi musimnya hujan. Ya, September, Oktober, November, Desember. Sudah sekitar satu bulan terakhir ini curah hujan cukup tinggi. Hampir setiap hari hujan. Kata BMKG ini belum puncaknya, diprediksi akan mencapai puncaknya pada Desember mendatang. Ah, aku resah. Karena ketika hujan deras, yang ada di pikiranku hanyalah "takut banjir dan gabisa pulang". 


Cibiru, 2 November 2016. 12:24 WIB. Sedang resah memikirkanmu, wahai hujan.

Rabu, 02 November 2016

,

Dayeuhkolot Banjir Lagi

Ilustrasi: (Dok.Net)

Lagi, lagi, dan lagi
Lagi lagi air Citarum tumpah.

Hujan sedikit, tumpahnya banyak
Hingga tumpah ke jalan raya.

Kendaraan tak bisa melintas,
Aktivitas orang-orang terhambat,
Perekonomian pun juga terhambat.

Lalu, ini salah siapa?
Tentu bukan salah Tuhan.

Ini salahmu, tuan
Tuan-tuan penguasa,
Tuan-tuan yang tak bertanggung jawab,
Tuan-tuan yang mengabaikan aturan.

Andai saja tuan-tuan tidak 'egois',
Andai saja tempat serapan air tidak disulap menjadi gedung pencakar langit,
Andai saja tuan-tuan bisa menjaga apa yang sudah Tuhan karuniakan pada tuan,
Ini semua tidak akan terjadi.

Ini peringatan dari Tuhan
Agar tuan-tuan sadar.

Sadarlah wahai tuan!


Bandung, 2 November 2016.

Minggu, 24 Juli 2016

,

CERIA "Cerita Lebaran Asyik"

Lebaran Asyik di Kampung Halaman 


*Kriiiiing...kriiiiing...* Pagi itu ponsel ibuku berdering. Kulihat, ternyata itu telpon dari kakekku tercinta di kampung. Ibuku mengangkatnya. Ternyata benar dugaanku, jika sudah mendekati lebaran, kakek dan nenek sering menanyakan pada kami kapan kami akan pulang kampung. Selalu saja seperti itu. Mungkin rasa rindu kakek nenek dan sanak saudara kami di kampung sudah tak terbendung lagi, tak heran jika mereka selalu menanyakan kapan kami pulang kampung. Dari lima bersaudara, hanya ibuku yang merantau dan tinggal jauh dari orangtuanya. Sedangkan keempat adik ibu masih menetap untuk tinggal satu kampung dengan orangtua atau kakek nenekku. Dan inilah alasan kami mengapa kami selalu merayakan Hari Raya Idul Fitri di kampung. Idul Fitri menjadi moment terasyik bagi kami karna bisa berkumpul dengan sanak saudara kami di kampung, yaitu di daerah Purwokerto, Jawa Tengah. 

Jumat, 1 Juli 2016 akhirnya kami memutuskan untuk mudik. Kami berangkat sekira pukul 09.30 WIB dengan menggunakan kendaraan pribadi. Aku duduk di samping ayah agar ayah tak mengantuk ketika mengemudi. Ibu dan kedua adikku duduk di baris kedua. Dan barisan paling belakang digunakan untuk meletakkan semua barang yang kami bawa, ada koper, bantal+guling, selimut, perlengkapan lainnya dan tak lupa oleh-oleh peyeum (khas Bandung) dan cuanki mentah tentunyaaaa, yap keluarga kami di kampung sangat suka dengan dua makanan tersebut. So, ini merupakan oleh-oleh yang wajib kami bawa setiap kami pulang kampung demi membuat mereka senang, hehe. 

Perjalanan dari Bandung menuju Purwokerto ditempuh dengan waktu sekitar 8 jam, itu pun jika keadaan jalanan tidak macet dan tidak ada kendala. Tapi kami tak terlalu memikirkan berapa lama waktu yang kami habiskan untuk sampai di kampung halaman, yang paling penting bagi kami ialah sampai ke tempat tujuan dengan sehat dan selamat, Aamiin... 

Di perjalanan, karna aku merasa bosan, aku iseng untung merekam keadaan jalanan di beberapa titik di mana sering terjadi kemacetan. Ketika sudah selesai merekam, aku meng­uploadnya di akun instagram pribadiku dengan menggunakan hashtag #liputan6mudik dengan harapan hasil rekamanku bisa tayang di acara berita tersebut. Tapi sayangnya aku lupa untuk unlock privacy akunku. Tak apa, mungkin di lain kesempatan hasil rekamanku bisa tayang. Jangan pernah menyerah sebelum berusaha maksimal! Karna Allah tidak suka dengan hambanya yang mudah menyerah dan putus asa. Right? Hihi.

Setelah menghabiskan sekitar 9 jam perjalanan, akhirnya kami tiba di kampung halaman. Adzan maghrib sudah berkumandang, alhamdulillah kami diberi kekuatan untuk melakukan perjalanan jauh saat berpuasa. Diberi sehat dan juga diberi keselamatan oleh Allah sehingga kami bisa berkumpul kembali dengan keluarga besar kami di kampung. Subhanallah nikmat sekali rasanya... “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kau dustakan?”. (Q.S Ar-Rahman: 13).

Pada H-1 lebaran, biasanya nenek sibuk membuat makanan untuk tamu yang datang saat lebaran. Sebagai cucu tertua, aku malu jika aku tak membantu nenek makanya aku membantu nenek untuk menyiapkan semuanya. Pada saat lebaran, yang khas disajikan oleh nenek, yaitu bakwan lontong, mendut, sengkulun (makanan tradisional khas Jawa Tengah) dan bolu buatan ibuku. Dan tak lupa toples-toples kue sebagai pelengkap hehe. Pada malam menjelang lebaran, aku, ibuku dan tanteku berkumpul di rumah nenek untuk menyiapkan dan mengolah makanan untuk besok. Aku dan ibu memotong wortel dan kol untuk membuat bakwan, tante dan nenek membungkus mendut dengan daun pisang yang sudah dilumuri minyak kelapa supaya tidak lengket. Kami mengerjakan ini semua ditemani dengan suara takbir dan diiringi bedug yang terdengar sangat jelas karna rumah nenek sangat dekat dengan Mesjid. Ini yang paling aku suka. Lebaran di kampung itu lebih terasa. Terdengar suara mercon di mana-mana juga takbiran yang diiringi bedug hingga pagi saat sholat Ied akan dimulai. 

Finally, inilah moment yang ditunggu-tunggu. Semua orang bersiap untuk sholat Ied, kecuali aku. Ya, sedih sekali rasanya tak bisa ikut melaksanakan sholat Ied karna sedang berhalangan. Sudah dua tahun berturut-turut aku tidak ikut melaksanakan sholat Ied. Semoga tahun depan aku masih diberi umur dan diberi kesempatan untuk sholat Ied. Aamiin... Seusai sholat Ied, kami semua berkumpul di ruang keluarga menunggu kakek dan nenek pulang dari Mesjid untuk sungkem. Tapi sayangnya tamu-tamu lain sudah lebih dulu mengantri di ruang tamu untuk bersalaman dengan kakek dan nenek, jadi kami harus menunggu hingga selesai. Kakek dan nenek dianggap menjadi sesepuh di desa itu, tak heran jika oranglain berdatangan untuk bersalaman. Sembari menunggu tamu sepi, kami saling bersalaman dengan semua anggota keluarga kami, meminta maaf atas kesalahan yang pernah dilakukan baik sengaja maupun tidak sengaja. Ketika sudah mulai sepi, kami baris mulai dari anak kakek nenek yang tertua hingga cucu termuda untuk sungkem pada kakek dan nenek. Air mataku tak terbendung, menetes karna haru mengingat dosa yang pernah dilakukan, begitupun dengan anggota keluarga lainnya yang juga meneteskan air matanya. Selesai sungkem, kami biasanya berfoto keluarga. Dan inilah keluarga besar kami... Selamat Hari Raya Idul Fitri 1437 H. Mohon maaf lahir dan batin. -Manika big family’s-




Pada H+6, kami pulang ke Bandung untuk kembali melakukan aktifitas seperti biasanya. Kami pasrah jika jalanan macet, keselamatan nomor satu bagi kami. Dan ternyata memang benar, jalur selatan sangat padat. Kami terjebak macet hingga 5 jam di Ciawi, Tasikmalaya. Untuk mengobati rasa bosanku, aku kembali merekam kondisi jalanan dan kemudian aku upload di instagramku seperti yang aku lakukan sebelumnya. Saat mengecek ponsel, instagramku penuh oleh pemberitahuan menyukai videoku dan juga ada yang memberitahuku bahwa video hasil rekamanku telah tayang di acara berita tersebut. Alhamdulillah... Walaupun dijanjikan akan diberi THR bagi yang video kirimannya ditayangkan oleh berita tersebut tapi ternyata tidak, aku tetap senang karna dengan tayangnya video hasil rekamanku di televisi, bagiku itu sudah sebagai bentuk apresiasi. Dan ini cukup menghibur saat aku mulai bosan dengan macetnya jalanan. Setelah merasakan macet berjam-jam, Alhamdulillah akhirnya kami sampai di rumah dengan selamat dan bisa beristirahat dengan nyaman. 

Ini cerita asyik momen lebaranku. Bagaimana ceritamu? Ayo segera kirimkan cerita asyik lebaran versi kamu ke www.diaryhijaber.com sebelum tanggal 31 Juli 2016 ya! Dan jangan lupa juga untuk turut hadir di acara Hari Hijaber Nasional yang akan diselenggarakan pada,

Waktu : 07 Agustus 2016 – 08 Agustus 2016
Tempat : Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat 

See you there ukhti...!


,

Aku Malu

Ilustrasi: (Dok.Net)


Aku terlalu malu
Meminta lebih dari-Nya

Aku terlalu malu
Menawar dari apa yang Dia beri

Aku terlalu malu
Melewati batasan-Nya

Aku terlalu malu
Melalaikan sholatku

Aku terlalu malu
Berharap kepada selain-Nya

Aku terlalu malu
Kufur terhadap nikmat-Nya

Aku terlalu malu,
Aku sangat malu
Kepada-Mu Ya Allah

Maafkan aku Ya Rabb
Maafkan seonggok daging penuh dosa ini
Maafkan si kufur nikmat ini
Maafkan si lalai dalam sholat ini
Maafkan hambamu ini Ya Allah

Jaga selalu aku agar tetap di jalan-Mu...


Bandung, Juli 2016


By: Quri Zahra Manika

Sabtu, 23 Juli 2016

,

Fakta Unik Dibalik Berhijab



Ilustrasi: (Dok.Net)


Hijab dalam bahasa Arab berasal dari hajaba yang berarti penghalang. Pada beberapa negara, bahkan di Indonesia, kata “hijab” lebih sering merujuk pada kerudung yang digunakan oleh wanita muslim. Namun dalam keilmuan Islam, hijab lebih tepat merujuk kepada tata cara berpakaian yang pantas sesuai dengan tuntunan agama. Mengapa wanita muslim harus berhijab? Pertanyaan ini tentunya membutuhkan jawaban yang sangat panjang. Dalam Islam, wanita muslim wajib mengenakan hijab sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam Q.S Al-Ahzab: 59 dan Q.S An-Nur: 31. Namun, tahukah Anda bahwa wanita berhijab memiliki keunikan tersendiri? Berikut beberapa fakta unik berhijab.

1. Terlindung dari Bahaya Sinar UV

Secara umum, sinar ultraviolet, terutama sinar UV-B dapat menimbulkan gejala kemerahan yang disertai gatal pada kulit. Hal ini merupakan bentuk dari terjadinya iritasi kulit akibat terkena sinar UV-B secara langsung. Dengan berhijab, setidaknya akan mengurangi risiko terjadinya iritasi pada kulit secara langsung karena hampir seluruh bagian kulit tertutup hijab. 

2. Terlindung dari Udara Dingin

Pada umumnya, tubuh yang terkena udara dingin terlalu lama akan membuat seseorang menderita demam, flu, rasa ngilu dan gemetaran pada tubuh. Terlebih bagi wanita yang cenderung tidak bisa bertahan lama jika terkena udara dingin. Untuk menghindari gejala yang ditimbulkan akibat terlalu lama terkena udara dingin, wanita disarankan menutup kepala dan tubuhnya dengan pakaian tebal demi tetap menjaga kestabilan suhu tubuh. 

3. Membuat Awet Muda

Selain menyebabkan terjadinya iritasi pada kulit, sinar matahari juga memiliki dampak buruk bagi kulit, yaitu mempercepat penuaan. Secara ilmiah dijelaskan bahwa sinar matahari dapat merangsang melanosit (sel-sel melanin untuk mengeluarkan melanin). Akibatnya, jaringan kolagen dan elastin menjadi rusak. Sedangkan jaringan kolagen dan elastin ini memiliki peranan yang sangat penting untuk menjaga keindahan dan kelenturan kulit. Bahkan krim pelindung pun tak mampu melindungi kulit secara total dari sinar matahari. Dengan demikian, memakai hijab dapat memperlambat proses penuaan karena sebagian besar kulit tertutup oleh hijab. 


4. Terlihat Lebih Cantik

Pada umumnya, wanita akan terlihat lebih cantik jika berhijab. Bagaimana tidak? Di zaman modern sekarang ini banyak sekali macam pakaian yang diperuntukkan bagi wanita berhijab, mulai dari model hingga warnanya yang beraneka ragam. Dengan memadukan model dan warna yang serasi, Anda akan terlihat lebih cantik, anggun, juga menarik. 

5. Lebih Higienis

Bagi wanita yang bekerja di rumah makan atau rumah sakit, tentu sangat diharuskan menjaga kebersihan. Hal ini dilakukan demi kenyamanan customer. Dengan berhijab, setidaknya akan mencegah terjadinya penyebaran virus yang melekat pada tubuh. 

6. Terhindar dari Pelecehan

Banyaknya pelecehan seksual terhadap kaum wanita merupakan sebab dari wanitanya sendiri yang tidak menutup auratnya. Wanita merupakan fitnah (godaan) terbesar bagi laki-laki. Sebagaimana sabda Rasul “Sepeninggalku tak ada fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita.” (HR. Bukhari). Maka dari itu, untuk menghindari terjadinya pelecehan seksual terhadap kaum wanita alangkah baiknya jika seluruh tubuh/auratnya ditutup dengan hijab. 

Dari beberapa fakta tersebut, terjawab sudah bahwa selain wajib, berhijab memiliki beberapa fakta unik, seperti terlindung dari bahaya sinar matahari, terlindung dari udara dingin, dapat membuat awet muda, terlihat lebih cantik, lebih higienis, dan juga terhindar dari pelecehan. Bagaimana tertarikkah Anda untuk berhijab? 



Sumber :

https://duniaunik83.wordpress.com/fakta-unik-berhijab/

http://www.bicarawanita.xyz/2013/02/manfaat-kesehatan-dengan-berjilbab.html




















Rabu, 13 Juli 2016

Rabu, 27 April 2016

Rindu

Ilustrasi: (Dok.Net)


Gemuruh petir saling bersahutan. Ditambah kilat bak orang yang memotret menggunakan flash. Belum lagi, aku harus memikirkan bagaimana aku memulai tulisan ini. Tapi sekarang aku memulainya. Dengan perasaan sedikit kesal karna harus mengingat kembali apa saja yang sudah ku tulis tadi. Ya, aku harus mengulangnya lagi dari awal, tulisan sebelumnya hampir rampung, sayangnya ada kesalahan teknis sehingga mau tidak mau aku harus menulisnya kembali. Sudahlah. Aku mulai saja dengan Bismillah, tidak ditambah secangkir kopi, karna aku tak begitu suka kopi. 

Gemercik hujan menemaniku malam ini. Deras sekali. Pintu kamar yang tadinya dibuka harus kututup karna dinginnya sudah mulai menembus pori-pori kulitku. Jika hujan, rasanya aku semakin rindu pada yang sedang aku rindukan. Kamu sudah pasti kurindukan. Tapi ada dia juga yang sedang kurindukan. Kamu jangan cemburu, karna dia yang kurindukan adalah orang yang darahnya mengalir juga di tubuhku. 

Sudah lama kami tak bersua. Kurang lebih sebelas tahun. Bayangkan, itu waktu yang sangat lama. Oh betapa rindunya aku padanya. Jarak yang memisahkan kami. Aku di Bandung, dia di Jawa Tengah. Belum lagi jika dia sedang di Yogyakarta karna harus meneruskan pendidikan musiknya di Universitas Negeri Yogyakarta. Semakin jauh dan semakin sulit untuk bertemu. Paling, jika tidak sedang sibuk kuliah, sesekali dia main ke kediamanku di Bandung bersama koleganya, itu pun tak lama karna mereka harus pergi ke kota lain juga.

Ah, jika aku sedang bersamanya, dia pasti usil. Dia emang usil sih, tapi asik lah. Gara-gara usilnya dia, aku jadi tau kalau upil rasanya asin. Ku kira dia benar-benar menjilatnya, tapi ternyata tidak, dia menjilat jari yang lain, bukan jari yang ada upilnya itu. Fiuhh apalah aku ini tertipu daya olehnya. Tak apa, untungnya saat itu aku masih kecil, baru sekitar lima tahunan lah. Cukup gurih. Gaakan pernah lupa sama kejadian ini.

Tangan dan jiwanya ada pada seni. Dia suka menulis, bermain musik, juga terkadang membuat sesuatu yang bisa bermanfaat untuk orang lain. Dalam rak bukunya hampir dipenuhi karyanya sendiri, baik itu komik, atau tulisan apapun. Dia sedikit gondrong, giginya putih bersih juga rapih, jari tangannya panjang, tapi kulitnya agak gelap, ada tahi lalat di wajahnya tepatnya di dekat mata sebelah kanan kalau tidak salah. Dia punya gitar, warnanya seperti pelangi. Aku sih gabisa main gitar, bisanya sekedar gonjreng gonjreng saja, yang penting bunyi dan aku senang. 

Saat ini aku benar-benar merindukannya, sebenarnya sudah sejak lama aku rindu. Rindu tak tertahankan. Ingin sekali jumpa rasanya. Tapi, saat ini belum bisa bertemu, karna dia sudah lebih dulu di Surga-Nya. Tak terasa sudah sebelas tahun dia di Surga-Mu. Tapi wajahmu, senyummu, masih tergambar jelas. Seolah-olah dia ada. Tuhan, peluk dia untukku. Aku sayang dia, sayang sekali. Tapi Engkau lebih sayang. 

Omku sayang, sakitmu sudah sembuh, sekarang om bisa kembali berjalan, bahkan berlari sekencang-kencangnya, tak memerlukan bantuan kursi roda lagi. Om bilang sudah punya rumah, ternyata rumahmu di Surga-Nya kan? Om bilang sudah buat undangan pernikahan dan akan segera menikah, om menikah dengan Bidadari kan? Om sudah tak sendirian lagi. Sekarang aku tak sedih lagi karna om sudah lebih bahagia di Surga-Nya. Aku memejamkan mata, seolah aku merasakan pelukanmu. Terimakasih untuk pelukan ini. Setidaknya rindu yang lama terpendam akhirnya ku lepas juga, walau belum semuanya ku lepas. Salam sayang, salam rindu, tidak dengan salam tempel.




Bandung, April 2016

Selasa, 26 April 2016

Minggu, 17 April 2016

, , ,

Lead pada Feature

Ilustrasi: (Dok.Net)

Kunci penulisan feature yang baik terletak pada paragraf pertama, yaitu lead. Mencoba menangkap minat pembaca tanpa lead yang baik sama dengan mengail ikan tanpa umpan. Setiap wartawan selalu sadar akan perlunya lead. Keranjang sampah penuh dengan lead tak bermutu, karena wartawan memakai lead yang itu-itu juga dalam usahanya menarik minat pembaca.

Lead untuk feature mempunyai dua tujuan utama.
1. Menarik pembaca untuk mengikuti cerita.
2. Membuka jalan bagi alur cerita.

Untuk memudahkan memilih lead, kita perlu mengetahui berbagai lead, seperti di bawah ini:

Lead Ringkasan (Summary Lead)
Lead ini yang ditulis hanya inti ceritanya, kemudian terserah pembaca apakah masih cukup berminat mengikuti kelanjutannya atau tidak. Lead ini sering dipakai bila reporter mempunyai persoalan yang kuat dan menarik.

Contoh lead ringkasan:
Ini satu lagi kasus peninggalan bekas Gubernur DKI Jakarta Jaya Wiyogo Atmodarminto: Pasar Regional Jatinegara. (TEMPO, 30 Januari 1993, Komisi di Jatinegara).

Dari lead ringkasan di atas, pembaca akan tahu bahwa cerita yang akan disampaikan adalah tentang ketidakberesan di Pasar Regional Jatinegara yang dibangun di zaman Gubernur DKI Jakarta Jaya Wijoyo Atmodarminto.

Lead Bercerita (Narrative Lead)
Lead ini lah yang digemari penulis fiksi (novel atau cerita pendek), menarik pembaca dan membenamkannya. Tekniknya adalah menciptakan suasana dan membiarkan pembaca menjadi tokoh utama, entah dengan cara membuat kekosongan yang kemudian secara mental akan diisi oleh pembaca, atau dengan membiarkan pembaca mengidentifikasikan diri di tengah kejadian. Lead macam ini sangat efektif untuk cerita petualangan. Tapi tak semua cerita bisa cocok jika menggunakan lead ini. Maka itulah mengapa reporter harus pandai menempatkan jenis lead mana yang cocok digunakan untuk sebuah cerita. 

Contoh lead bercerita:
Panasnya terik matahari yang menyengat kulit, bukanlah halangan bagi Adun (35) lelaki paruh baya asal Sukabumi ini untuk tetap meneruskan pekerjaannya sebagai penjual langseng keliling. Demi menyambung hidupnya, ia rela mengelilingi sebagian pulau di Indonesia untuk menjual barang dagangannya itu. Ya, ia tak hanya menjual langsengnya itu di kota kembang, tempat di mana ia tinggal, tapi juga hingga menyebrangi pulau Jawa. 

Lead Kutipan (Quotation Lead)
Kutipan yang dalam dan ringkas bisa membuat lead menarik. Kutipan harus bisa memberikan tinjauan ke dalam watak si pembicara. Kutipan tidak melulu harus dari perkataan si pembicara, tapi reporter juga bisa menggunakan kutipan orang lain, dari tokoh terkenal, misalnya. 

Perlu diingat bahwa lead harus menyiapkan pentas bagi bagian berikutnya dari cerita kita, sehingga kutipannya pun harus memusatka diri pada sifat cerita itu.

Contoh lead kutipan:
Photo’s Speak?! Mamprangs!!! 
Jargon yang tak asing di kalangan pembidik, seakan-akan memekakan telinga. Kampus hijau menyiasati beberapa kalangan mahasiswa khususnya jurusan Jurnalistik, mendirikan sebuah komunitas fotografi. 

Lead Bertanya (Question Lead)
Lead ini efektif bila berhasil menantang pengetahuan atau rasa ingin tahu pembaca. Yang ditimbulkan dari lead ini adalah rasa ingin tahu pembaca; yang belum tahu mestinya terus ingin membacanya, sedangkan yang sudah tahu dibuat ragu apakah pengetahuannya cocok dengan informasi yang diberikan atau tidak. 

Contoh lead bertanya:
Masih ingatkah Anda dengan Dede si “Manusia Akar”?

Sama seperti lead lain, lead bertanya hanya bisa efektif bila informasi yang akan disampaikan memang secara wajar bisa diberi pertanyaan. 

Lead Menuding Langsung (Direct Address Lead)
Bila reporter berkomunikasi langsung dengan pembaca, ini disebut lead menuding langsung. Ciri-ciri lead ini adalah ditemukannya kata “Anda”, yang disisipkan pada paragraf pertama atau di tempat lain. 

Lead ini secara langsung melibatkan pembaca atau langsung menyeret pembaca ke dalam suatu persoalan dan membawanya membaca tulisan secara keseluruhan. 

Contoh lead menuding langsung:
Bila harus memilih antara diet kolesterol dan penyakit jantung, tentu Anda memilih yang pertama. (TEMPO, 5 Februari 1994)

Berbeda dengan sebelumnya, lead ini bisa dikatakan kurang memikat, karena tak semua orang bisa ikut terlibat dalam suatu persoalan tersebut. 

Lead Menggoda (Teaser Lead)
Lead menggoda digunakan untuk “mengelabui” pembaca dengan cara bergurau. Tujuan utamanya menggaet perhatian pembaca dan menuntunnya supaya membaca seluruh ceritanya.

Lead ini biasanya pendek dan ringan. Umumnya dipakai teka-teki, dan biasanya hanya memberikan sedikit, atau sama sekali tidak, tanda-tanda bagaimana cerita selanjutnya. 

Contoh lead menggoda:
Angka yang ditunggu-tunggu itu keluar juga: sekitar 50. (TEMPO, 4 Januari 1992, “Angka Misterius Santa Cruz”) 

Dari kalimat itu, pembaca akan penasaran, keingintahuannya dibangkitkan. Dan untuk memenuhi keingintahuannya itu, mau tak mau pembaca harus melanjutkan membacanya hingga selesai. 

Lead Nyentrik (Freak Lead)
Hijau sayuran
Putihlah susu
Naik harga makanan
Ke langit biru

Reporter yang imajinatif meskipun tidak puitis bisa mencoba lead seperti ini pada saat menulis informasi kenaikan harga. Lead ini memikat dan informatif. Gayanya yang khas dan tak kenal kompromi itu bisa menarik pembaca hingga ceritanya bisa laku. 

Lead Kombinasi (Combination Lead)
Di surat kabar sering ditemukan lead yang merupakan kombinasi dari dua atau tiga lead, dengan mengambil unsur terbaik dari asing-masing lead

Lead Kutipan sering dikombinasi dengan Lead Deskriptif.

“Bukan salahku bahwa aku belum mati sekarang,” kata Fidel Castro dengan senyum lucu. (TEMPO, 7 Mei 1994, “Castro, Revolusioner yang Belum Pensiun”). 

Lead Menggoda bisa dikombinasikan dengan Lead Kutipan, Lead Naratif dengan Lead Deskriptif, dan seterusnya selama lead tersebut bisa menarik minat pembaca.


Sumber referensi:
Mohamad, Goenawan. 2014. Seandainya Saya Wartawan TEMPO. Jakarta, Tempo Publishing. 









Sabtu, 16 April 2016

, , ,

Berkeliling Indonesia dengan Langseng

Ilustrasi (Dok.Imajinad)
Panasnya terik matahari yang menyengat kulit, bukanlah halangan bagi Adun (35) lelaki paruh baya asal Sukabumi ini untuk tetap meneruskan pekerjaannya sebagai penjual langseng keliling. Demi menyambung hidupnya, ia rela mengelilingi sebagian pulau di Indonesia untuk menjual barang dagangannya itu. Ya, ia tak hanya menjual langsengnya itu di kota kembang, tempat di mana ia tinggal, tapi juga hingga menyebrangi pulau Jawa. 

Sepak terjal angkuhnya roda kehidupan ini Adun lalui dengan berjualan langseng keliling sejak 2004. Kota pertama yang ia putuskan menjadi tempat ia berjualan langseng yaitu di kota Sukabumi. Selain kota di mana ia dilahirkan, ia beranggapan bahwa di sana peminat langseng cukup ramai, sehingga ia putuskan untuk berjualan di kota yang terkenal dengan Moci nya ini.

Bekerja banting tulang setiap hari, berjalan puluhan kilometer sudah biasa ia lakoni. Banyak suka duka yang ia rasakan dalam menjalani pekerjaannya ini. Penghasilan yang tak pasti ia dapatkan setiap harinya tak membuat pria bertubuh kurus ini memutuskan untuk mencari pekerjaan lain. Ia tetap semangat menekuni pekerjaan ini. “Penghasilan mah gak tentu, namanya juga jualan, kalau lagi rame ya rame, kalau lagi sepi ya sepi, gimana kita rezekinya aja,” kata Adun. Di era modern ini memang peminat langseng semakin berkurang, ditambah lagi sekarang sudah banyak alat canggih yang ditawarkan untuk memasak nasi dengan lebih cepat dan praktis, tentu saja sebagian besar masyarakat khususnya masyarakat perkotaan lebih memilih untuk menggunakan alat canggih tersebut. “Yang penting cukup untuk kemauan, kalau pengen makan ayam cukup uangnya, ya gitu,” tambah Adun saat ditemui di tempat produksi langseng yang sedang mempersiapkan barang dagangan yang akan ia bawa ke Sukabumi. 

Dengan pekerjaannya ini, ia mengaku senang menjalaninya. Dari berjualan langseng lah ia bisa berkeliling Indonesia, di antaranya pulau Sumatera, Kalimantan, hingga Jayapura sudah pernah ia kelilingi sambil berjualan langseng.


Bandung, April 2016

Jumat, 15 April 2016

Kau dan Aku

Ilustrasi (Dok.Net)


“Hari ini aku telah bersama laki – laki yang kucintai, ia dan aku menyatu dalam nyala obor Tuhan yang telah diciptakan sebelum dunia ada. Tak ada satu kekuasaan pun di alam ini yang mampu merampas kebahagiaanku. Karena kebahagiaanku memancar dari rengkuhan dua jiwa yang dipadukan oleh saling pengertian dan dipayungi dengan cinta kasih”. -Kahlil Gibran-


Bandung, April 2016

Kamis, 14 April 2016

Dayeuhkolot Riwayatmu Kini


Ilustrasi: (Dok.Imajinad)


Banjir? 
Ha? Banjir?!

Para pengendara terpaksa memutarbalikkan kendaraannya
Ada juga yang menerjang

O, ya, pantas saja banjir

Resapan air di hulu sungai sudah rusak
Lahan penyerapan air sudah beralih fungsi
Sampah-sampah ikut terhanyut
Limbah industri tercampur di dalamnya

Apa kau lupa, tuan, bahwa alam dicipta sebagai sahabat kehidupan?
Tuan malah merusaknya

Tuan bapak, tuan ibu
Tuan tuan penyembah Tuhan
Mengapa tak sungkan merusak alam
Semua orang senang hujan
Tapi tak senang tergenang

Tuan bapak, tuan ibu
Penyembah Tuhan sesukamu
Perusak jalanan
Merusak waktu orang-orang teladan.



Dialog puisi bersama Mila Nur Azizah.



Bandung, April 2016

Selasa, 29 Maret 2016

Bertemu Bung

(Dok.Net)


Waktu itu 2012. Bulan apa ya? Aku lupa. Kawanku mengajakku untuk ikut ke studio rekaman di daerah Buah Batu. Ini pertama kalinya band mereka rekaman. Tak perlu kusebut nama bandnya, nanti terkenal. Kutemani lah mereka. Sesampainya di sana, kulihat seorang pria kurus, berambut gondrong, senyum dengan memamerkan kedua gigi taringnya. Ah manis. Waktu itu dia pake celana panjang bermotif batik dan kaos oblong warna abu. Masuklah kita ke sebuah ruangan. Namanya studio rekaman, pastilah isinya alat rekaman, alat musik, dan oiya cemilan. Tapi itu kita yang bawa, hehe. Mulailah mereka rekaman. Dimulai dari Ryda Augustine, dia nyanyiin lagunya dulu tuh. Keren suaranya. Lebih keren dariku, itu pasti. Dilanjut dengan gitar, bass, drum. Diulang berkali-kali sampe mulusss. 

Sembari berlangsungnya rekaman, pria kurus itu ke belakang, dateng bawa makan, sepiring, buat sendiri tapinya. Dia duduk di kursi tempat dia kerja, ya tempat dia mengerjakan hasil rekaman. Dia duduk dengan posisi menekukkan kedua lututnya ke atas kursi. "Sarapan, sarapan", kata dia. Nawarin ceritanya. Tapi kita emang udah kenyang ko hehe. Cuek kali dia itu, tapi asik. Selesai dia makan, kita ngobrol ngalor-ngidul. Perihal apa aja yang diobrolin aku lupa. Dia sempat memamerkan gitar kesayangannya, bagus gitarnya, suaranya enak. Sempet nyanyiin lagu-lagunya juga. Enak lah lagunya. Ah aku suka.

Proses rekamannya lama, aku dan beberapa kawanku yang lain jenuh. Dengan izin pria itu, kita sedikit mengintip ke dalam rumahnya. Ada satu ruangan, isinya dipenuhi koper. Entah untuk apa koper sebanyak itu, aku sempet nanya, tapi aku lupa itu untuk apa. Setauku, dia memang senang keliling Indonesia. Ya mungkin untuk itu, tapi masa sebanyak itu? Ah entahlah. Ohiya, dia sempat ceritain kisah dia dengan seorang wanita yang pernah singgah di hatinya. Tapi tak bisa kuceritakan kembali.  Ah dia keren.

Kau tau siapa pria kurus yang aku ceritakan itu? Kau tau apa nama studio rekaman itu? Ah ternyata sekarang kau sudah seterkenal ini, bung. Aku senang, dulu sempat bertemu dan sedikit berbincang denganmu. Tapi sayangnya aku belum sempat berfoto denganmu, bung. Tak apa. Kau keren bung. Boleh aku jadi fans mu? Boleh aku suka lagu-lagumu? Kawan-kawanku mengidolakanmu juga, bung. Aku senang sudah pernah mampir ke Ruang Imajinasi. Kawan-kawanku iri, katanya mereka juga ingin ke Ruang Imajinasi. Sampai bertemu kembali, bung Fiersa Besari.

Sebenarnya banyak sih cerita asik saat aku bertemu bung, tapi tidak semua kuingat. Itu terjadi empat tahun lalu. Lain kali, aku akan bercerita yang lain. Sekarang, aku mau membereskan kamarku dulu, kemudian mandi, tak lupa sarapan. Selamat beraktifitas!

Bandung, Maret 2016.

Senin, 28 Maret 2016

Jumat, 18 Maret 2016

Kamis, 17 Maret 2016

Amarah Senja

(Ilustrasi: Dok.Net)


Hitam, gelap
Putih tak terlihat

Yang ada hanya hitam
Gelap,
Membuatku takut

Perlahan ku telusuri
Jalan yang tak berujung
Kapan aku sampai?

Aku takut
Takut dikejar
Dikejar awan hitam


Bandung, Maret 2016

Minggu, 13 Maret 2016

Di Ketinggian

(Ilustrasi: Dok.Net)




Dingin, sunyi
Tapi tak sepi
Ada mereka


Tapi kamu tak ada
Tapi tak apa,
Yang terpenting,
Sekarang aku disini
Bersama mereka


Melihat begitu indah,
Begitu memesona,
Begitu takjub

Akan kuasa-Nya

Aku senang
Aku terharu
Berada di ketinggian

Entah berapa kaki
Kau pasti tau aku di mana

Dari sini, semuanya terlihat

Sungguh memesona
Terima kasih
Semesta

Bandung, Maret 2016